JAKARTA, KOMPAS.com – Banyak negara di dunia menggunakan polimer sebagai bahan baku pembuatan uang kertas. Kalau Anda masih asing dengan uang kertas polimer, uang kertas ini seperti plastik.
Indonesia pun pernah menggunakan polimer sebagai bahan baku uang kertas rupiah. Pada tahun 1993, uang kertas polimer rupiah pertama muncul dengan denominasi Rp 50.000 untuk menandai 25 tahun pembangunan dan tahun 1999 dengan denominasi Rp 100.000.
Inggris adalah satu negara yang saat ini mengedarkan uang kertas polimer, dimulai dari denominasi 5 poundsterling yang diedarkan pada 13 September 2016.
Kemudian, uang kertas 10 poundsterling akan diganti dengan polimer pada musim panas 2017 dan 20 poundsterling pada tahun 2020.
Masyarakat Inggris bisa bertransaksi menggunakan uang kertas 5 poundsterling non-polimer sampai 5 Mei 2017.
Setelah itu, uang kertas 5 poundsterling berbahan kertas akan ditarik dari peredaran dan digantikan seluruhnya dengan uang kertas polimer.
“Uang kertas polimer lebih bersih, lebih aman, dan lebih tahan lama dibandingkan uang kertas yang biasa. Uang kertas polimer lebih resilien terhadap pemalsuan dan meningkatkan kualitas uang kertas yang beredar,” tulis bank sentral Inggris Bank of England seperti dikutip dari laman resminya, Senin (26/12/2016).
Bank of England menjelaskan, uang kertas polimer terbuat dari film plastik transparan. Selain itu, uang kertas polimer juga secara khusus dilapisi oleh tinta khusus pula yang bisa menampilkan fitur-fitur desain uang.
Tidak hanya itu, uang kertas polimer juga bisa menampilkan citra layaknya jendela atau bagian transparan pada uang dengan peningkatan perlindungan terhadap pemalsuan.
Bank sentral Inggris tersebut pun menjelaskan beberapa ciri dan kelebihan uang kertas polimer ketimbang uang kertas biasa.
Uang kertas polimer tahan terhadap kotoran dan cenderung lembab sehingga tetap bersih dalam waktu yang lebih lama ketimbang uang kertas biasa.
Selain itu, uang kertas polimer juga lebih aman sehingga tidak mudah dipalsukan dan terakhir, uang kertas polimer lebih tahan lama sehingga akan meningkatkan kualitas uang kertas yang beredar.
“Uang kertas polimer lebih ramah lingkungan dibandingkan uang kertas biasa karena ketahanannya. Limbah dari uang kertas polimer lama akan sepenuhnya didaur ulang, yang merupakan opsi dengan dampak lingkungan paling kecil,” ungkap Bank of England.
Kenapa uang rupiah tak gunakan polimer?
Bank Indonesia (BI) menyatakan salah satu bahan baku pembuatan uang rupiah kertas adalah serat kapas.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara mengungkapkan, penggunaan serat kapas mempertimbangkan alasan bahwa bahan baku tersebut membuat uang kertas rupiah tak mudah sobek dan sifatnya lebih lentur.
Pertimbangan lain adalah uang kertas yang mengandung serat kapas lebih tahan terhadap kemungkinan dicoret-coret.
Selain itu, hal lain adalah pertimbangan perilaku masyarakat dalam memelihara uang, khususnya uang kertas.
“Masih culture. Ada uang disimpan di saku pakaian atau disetrika. Kalau serat kapas tidak rusak disetrika,” jelas Tirta.
Beberapa negara di dunia menggunakan polimer sebagai bahan baku pembuatan uang kertas. Namun demikian, ujar Tirta, BI memutuskan untuk tidak menggunakan bahan tersebut dalam pembuatan uang rupiah, karena sifatnya yang cenderung tidak tahan panas.
Source: Kompas.com
EmoticonEmoticon
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.