kita curahkan untuk warga Jakarta,” sayang sekali kalimat bagus itu dirusak oleh satu kata ganti yang sepele.
pikiran kami, Djarot mengucapkan kalimat pamungkas: “Jiwa raga kami, Di akhir debat,
biaya hidupnya kita betul-betul tanggung.” transport kita tangung, kesehatannya kita tanggung, pendidikanya kita tanggung, kita juga mensubsidi kehidupannya, bukan itu saja, ada pipa gas, ada dua kamar, Berikut beberapa kesalahan yang dilakukan Djarot: “Maka kami berkomitmen untuk menyediakan rusun yang layak huni ukuran 36 meter persegi,
hampir 68 persen atau 20 d iantaranya salah pakai. Dari 29 kata ganti "kita" yang digunakan Djarot,
Djarot bahkan lebih parah ketimbang Anies dan Agus. secara persentase, Boleh dikata, Djarot. Kondisi berbeda dilakukan sang wakil, Sepanjang debat dia bahkan tak mengucapkan kata ganti "kita" satupun. Ahok relatif bersih. Dibanding Anies dan Agus,
kita juga ingin dengan program-program infrastruktur yang kita angkat yaitu program rumah rakyat untuk mengatasi black lock 300.000 unit di Jakarta” “ketiga,
kita memiliki bantuan atau skema bantuan dana bergulir.” “Disamping itu juga,
kerukunan antarwarga Jakarta.” [..] Yang kedelapan kita ingin meningkatkan rasa aman, Misal: “Yang keenam adalah kita ingin membangun tanpa menggusur.
Kesalahan itu jadi fatal karena merujuk pada program-program yang akan mereka lakukan ke depan. hampir 19 di antaranya dimaknai secara salah. Dari 47 kata kita, hal sama juga dilakukan oleh Agus. Tidak hanya Anies,
terimakasih” Mestinya "Itu jawaban kami, terimakasih." Tentu saja jawaban Anies ini salah. Setelah 2 menit berbicara panjang Anies menutupnya dengan kalimat: “Itu jawaban kita, Tapi bagaimana jika disodorkan pernyataan terakhir Anies saat ditanya pelbagai masalah terkait penggusuran?
Alasan itu mungkin bisa diterima namun tetap saja secara kaidah bahasa itu adalah salah. saat dirinya terpilih dan program-program itu dilaksanakan. Bisa saja diajukan argumentasi bahwa "kita" yang diucapkan Anies adalah "kita" di masa depan,
RT/RW yang dipangkas sekarang untuk pengurusan KTP kita pastikan.” RT/RW akan kita kembalikan perannya. “Satu,
peremajaan kota.” kita akan melakukan yang disebut dengan urban renewal, “Terkait dengan ini maka kita akan tegas,
Kesalahan mengindentifikasi subjek juga terjadi pada ucapan ini:
kami menolak reklamasi". Mestinya diganti jadi "posisi kami tegas, kita menolak reklamasi” tentu salah. Kita menolak reklamasi.” Makna "kita" pada kalimat “posisi kita tegas, Posisi kita tegas. yaitu reklamasi. kita menyaksikan ketimpangan yang sedang dibuat, Contohnya seperti ini: “Ketika kita dihadapkan dengan ketimpangan yang luar biasa, 24 di antaranya atau 50 persen dimaknai secara salah. Dari 44 kata ganti "kita" yang diucapkan Anies,
hal ini tentu mengejutkan. mantan Menteri Pendidikan, Sebagai seorang akademisi, Dan Anies ada di urutan pertama sering salah memakai kata "kita". Anies dan Djarot seringkali salah memaknai kata ganti "kita" itu. Agus,
Akan jadi fatal karena dua kata ganti ini tidak bisa ditukartempatkan seenaknya sebab akan mengubah informasi kalimat. Sudah jadi budaya laten di masyarakat Indonesia bahwa banyak yang tidak jeli memilah penggunaan "kami" dan "kita".
artinya orang yang diajak berbicara terlibat dalam aktivitas atau keadaan yang sedang dituturkan. Hal ini berlawanan dengan "kita" yang bersifat eksklusif, maksudnya: lawan bicara tidak termasuk atau tidak terlibat dalam aktivitas atau keadaan yang dituturkan. "Kami" memiliki sifat inklusif, Kata "kita" ini sering disalahtukarkan dengan "kami". "Kita" adalah kata ganti (prononima) orang pertama jamak.
Anies dan Djarot. Sialnya kemunculan pemakaian entri "kita" itu banyak dimaknai secara salah oleh Agus, Anies dan Djarot. Gagap Laten Membedakan "Kami" dan "Kita" Kata ganti "kita" begitu dominan diucapkan oleh Agus,
"Anda" dan "kita" adalah kata ganti yang sering diucapkan Ira Koesno.
Kata "paslon", "anda" 70 kali serta "kita" 63 kali. "dan" 78 kali, "paslon" 109 kali, kata terbanyak yang diucapkannya adalah "yang" sebanyak 113 kali, misalnya, Ira Koesno, Menarik mengkaji lebih dalam kata perihal kata ganti ini.
"mereka", dll. "Anda", "kami", maka entri yang paling banyak muncul adalah kata ganti orang (personal pronomina) seperti "saya", Jika dirincikan berdasarkan subjek si penutur,
lalu "Jakarta" 173 kali. "kami" 184 kali, "dan" 228 kali, "kita" 238 kali, Detailnya adalah: kata "yang" diucapkan 389 kali, "kami" serta "Jakarta". "dan", "kita", Tiga entri terbanyak dari total yang diucapkan adalah kata "yang",
adverbia, dll. konjungsi, kata kerja, pronomina, preposisi, numeralia, terdapat 2.166 entri berbeda yang bentuknya entah itu kata benda, Dari 11.241 kata terucap di debat perdana,
Sandiaga memang terlihat hanya diberi leluasa berbicara di segmen awal saja Sandi mengucapkan 517 kata. Di bawah Sylvi ada Djarot yang berucap 710 kata dari lima kesempatan bicara. Di urutan buncit ada Sandiaga Uno. Dari tiga kesempatan berbicara, Meski hanya diberi empat kesempatan berbicara, Sylviana Murni mampu mengeluarkan 759 kata. Sylvi baru berbicara pada segmen tanya jawab. Sylviana Murni memang tak kunjung bicara. Di awal debat, Lagi-lagi juaranya pasangan nomer urut satu. Bagaimana dengan pasangan wakil gubernur?
Ahok enggan menjawab dan menyerahkannya kepada Djarot. Ketika disodori pertanyaan terkait ambisi maju jadi capres atau cawapres di 2019, beda dengan Anies (11 kali) dan Agus (10 kali). Kalahnya Ahok disebabkan dia hanya mengambil 9 kesempatan untuk berbicara,
Anies 1719 kata dan Ahok 1640 kata. Putra pertama SBY ini mengucapkan 1787 kata, melainkan Agus. Jawabnya bukan Ahok atau Anies, Lantas siapa calon yang paling banyak berkata-kata?
35 persen atau 4021 kata yang muncul di debat perdana keluar dari mulut Ira Koesno. sang pembawa acara. Yang paling banyak berkata-kata adalah Ira Koesno, Sandiaga Uno atau Sylviana Murni. Apalagi para calon wakil gubernur seperti Djarot Saeful Hidayat, Bukan pula Agus Yudhoyono atau Anies Baswedan. Jawabannya bukan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Lalu siapakah d iantara tujuh orang itu yang paling banyak berkata-kata?
total ada 11.241 kata yang diucapkan sang pembawa acara dan tiga pasangan calon sepanjang acara. Terimakasih”, Hotel Bidakara,” dan menutupnya dengan kalimat “Selamat Malam. serta hadirin di ruang Birawa, Ibu, Sejak Ira Koesno membuka acara debat Pilgub DKI 2017 dengan ucapan “Selamat malam Bapak,
Source: tirto.id
EmoticonEmoticon
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.