Kopi Luwak Artifisial Antar Mahasiswa Jember Juara di Taiwan

Jannet 22.11
Ilustrasi biji kopi. TEMPO/HARIANDI HAFID
Tiga mahasiswa Universitas Jember menjadi juara dalam 'Kaohsiung International Invention and Design Expo' di Taiwan.

TEMPO.CO, Jakarta - Tiga mahasiswa Universitas Jember (Unej), Jawa Timur, meraih medali emas dalam kegiatan "Kaohsiung International Invention and Design Expo" yang diselenggarakan di Kota Kaohsiung, Taiwan.

"Tiga mahasiswa program studi Teknologi Hasil Pertanian (THP) Fakultas Teknologi Pertanian yakni Tri Angga Maulana, M Ali Firdaus dan Bagas Rizky Aldiano meraih medali emas karena membuat dan mengembangkan kopi luwak artifisial," kata staf Humas dan Protokol Unej Iim Fahmi Ilman di Kantor Pusat Unej, Kamis.

Menurutnya "Kaohsiung International Invention and Design Expo" adalah kegiatan tahunan yang dimotori oleh World Invention Intellectual Property Association (WIIPA) dan kegiatan itu bertujuan untuk mengangkat hasil-hasil temuan baru ke level internasional.

"Selain itu, kegiatan tersebut juga meningkatkan kerja sama antara penemu, membantu hak paten temuan baru, serta mendorong kaum muda khususnya kalangan mahasiswa untuk aktif melakukan penelitian yang dapat menghasilkan penemuan baru," tuturnya.

Organisasi WIIPA beranggotakan 23 negara di dunia termasuk Indonesia dan sebanyak 26 negara ikut ambil bagian dalam kegiatan "Kaohsiung International Invention and Design Expo" tahun 2016.

"Tahun ini Indonesia mengirimkan enam tim yang berasal dari Universitas Jember, Universitas Sumatera Utara, Universitas Mercu Buana Jakarta (dua tim), dan Universitas Islam Indonesia Yogyakarta (dua tim)," katanya.

Ia mengatakan ada tiga kategori yang dilombakan yakni temuan baru di bidang pertanian, kesehatan dan kendaraan bermotor, namun tim Unej ikut lomba kategori pertanian.

Mahasiswa peraih medali emas, Angga Maulana mengatakan kopi luwak artifisial buatannya bersama dua temannya sebenarnya bukan yang pertama, namun yang membedakan kopi luwak artifisial kreasi mereka dengan yang lain adalah kadar cita rasa dan aromanya.

"Dari tes cita rasa dan aroma yang dilakukan oleh Pusat Kopi dan Kakao Jember, kopi luwak artifisial kami mendapatkan nilai 85,25, sedangkan nilai cita rasa dan aroma kopi luwak yang asli adalah 86, jadi kopi buatan kami sudah mirip dengan kopi luwak asli," tuturnya.

Bermodal hasil tes cita rasa dan aroma tersebut, Angga dan kawan-kawan memutuskan mengikuti kegiatan "Kaohsiung International Invention and Design Expo" yang digelar di Taiwan.

Rekan lainnya M. Ali Firdaus menceritakan asal mula bagaimana sampai mereka menemukan dan mengembangkan kopi luwak artifisial yang berawal dari fakta bahwa ada pro-kontra terhadap produk kopi luwak.

"Penyayang hewan tidak setuju karena luwak dipaksa untuk makan kopi, ada juga yang meragukan kebersihan dan kehalalan kopi luwak. Di sisi lain, harga kopi luwak sangat menjanjikan sehingga banyak yang berbisnis kopi luwak," katanya.

Dari hasil penelitiannya, mereka mencoba menemukan cara mengolah kopi hingga cita rasa dan aromanya bisa semirip mungkin dengan kopi luwak yang asli, kuncinya bagaimana meniru kondisi lambung luwak saat mencerna kopi.

"Alhamdulillah kami menemukan formula bagaimana cara membuat kopi luwak artifisial. Resepnya tergantung pada tiga hal, yakni suhu saat menggoreng, pemberian enzim protease yang tepat, serta pengadukan yang pas. Semuanya kami tiru dari kondisi lambung luwak saat mencerna kopi," ujarnya.

Sementara itu Rektor Unej M. Hasan memberikan apresiasi atas karya mereka dan berjanji mendukung pengembangan kopi luwak artifisial yang diciptakan tiga mahasiswa Teknologi Hasil Pertanian.

"Kopi luwak artifisial karya Angga, Ali dan Bagas ini memiliki prospek untuk dipasarkan sebagai produk unggulan, sehingga Unej bersedia memberikan dukungan dana untuk penelitian lanjutan, atau produksi dan pemasarannya," ucap Rektor Unej dua periode itu.

ANTARA

Source: Tempo.co

Artikel Terkait

Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.