JAKARTA, Indonesia - Lilin di atas kue ulang tahun menunjukan angka 2 dan 5. Artinya, kamu resmi menginjak usia 25, seperempat abad. Usia yang sudah tidak muda lagi.
Dalam hati dan kepalamu mulai bergejolak. Kamu pun bingung, ini apa? Ini adalah krisis seperempat abad atau yang dalam bahasa Inggris biasa disebut sebagai quarter-life crisis. Tetapi yakinlah, fenomena ini tidak hanya terjadi padamu. Ada jutaan orang yang sebentar lagi menuju usia 25 tahun atau baru saja melewatinya, yang merasakan hal serupa.
Berikut 5 tandanya: Apa saja ciri bahwa kamu mengalami krisis seperempat abad?
Mempertanyakan semua hal
Kamu mempertanyakan semua hal yang terjadi padamu sejak lahir hingga tiba di usia 25 tahun. Kamu mempertanyakan apakah pilihan-pilihan hidup yang kamu ambil beberapa tahun belakangan adalah keputusan yang tepat. Kamu juga mengkhawatirkan apa yang akan terjadi di masa depan.
“Apakah pekerjaanku saat ini adalah pilihan karier yang tepat?”
“Mungkinkah aku bertemu seseorang yang menjadi jodohku?”
“Kapan aku bisa punya tabungan yang cukup untuk beli rumah?”
Pertanyaan-pertanyaan seperti itu mungkin sering hinggap di pikiran dan menimbulkan rasa khawatir yang berlebihan.
Sering membandingkan diri dengan orang lain
Mengintip foto-foto temanmu di Instagram seharusnya adalah aktivitas yang menyenangkan. Tetapi untuk kamu yang sedang dilanda krisis seperempat abad, mengintip update-an di media sosial bisa jadi sumber kekhawatiran yang berlebihan.
Melihat Vera baru dilamar, Rika baru lulus S2 di Jepang, Edwin baru beli mobil, Clara sedang main salju di Swiss, dan serentetan foto-foto dan kata-kata yang sangat mudah membuat rasa iri muncul. Sepertinya, dibandingkan mereka, hidupmu jalan di tempat.
Sering dilanda kebosanan
Setiap pagi kamu bangun, mandi, salat subuh, dan berangkat ke stasiun kereta atau halte Transjakarta. Terkadang, sarapan pun tak sempat. Kamu harus tiba di kantor pukul 8 pagi agar tidak kena marah Si Bos.
Kamu berhadapan dengan layar komputer sambil memikirkan akan makan apa siang nanti. Setelah jam makan siang selesai, kamu kembali duduk, bekerja, hingga akhirnya waktu pulang tiba. Kamu macet-macetan di jalan pulang dan sampai rumah rasanya sudah tidak ada energi yang tersisa.
Rutinitas yang sama terjadi lima hari dalam seminggu, 8 jam dalam sehari, membuat rasa bosan menjadi sulit dihindari. Apalagi jika kamu tidak punya aktivitas lain di luar pekerjaan, sepertinya hidup menjadi sangat monoton.
Merasa terjebak
Kamu selalu merasa bosan dengan aktivitas yang itu-itu saja. Pekerjaan yang dijalani saat ini sepertinya tidak sesuai dengan yang kamu inginkan. Meskipun begitu, kamu tetap bertahan karena kamu merasa tidak ada pilihan lain yang lebih baik.
Ya, kamu merasa terjebak.
Tak hanya dalam pekerjaan. Kamu mungkin ingin mencoba kegiatan lain di luar rutinitas sehari-hari tapi tidak memungkinkan karena keterbatasan waktu dan—terutama—uang. Dan sepertinya tidak ada yang bisa kamu lakukan.
Merindukan masa muda
Dengan begitu banyaknya masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang terjawab, rasanya masa muda adalah masa paling indah. Saat SMA dulu, kamu bisa melakukan apapun tanpa rasa beban. Ketika masih kuliah, sepertinya hal paling berat menghadapi dosen killer. Atau, saat-saat ketika putus cinta adalah masalah terbesar dalam hidupmu.
Kamu berpikir betapa bahagianya hidup kamu jika tidak perlu khawatir tentang masa depan. Kamu menikmati perasaan nostalgia dengan mendengarkan lagu atau menonton film favoritmu di masa itu, sambil membayangkan bahagianya masa remaja dan awal 20-an. Jika ada kesempatan untuk kembali satu hari saja ke masa itu, sepertinya kamu tidak akan menolak.
Source: Rappler.com
EmoticonEmoticon
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.