Galaksi Bima Sakti adalah rumah bagi lebih dari 400 triliun bintang. Meski sudah punya bintang sebanyak itu, nyatanya Galaksi yang kita tinggali ini masih kemaruk dan kerap menyeret bintang dengan kekuatan gravitasinya dari galaksi lain berdekatan.
Menurut hasil riset termutakhir yang akan dimuat di The Astrophysical Journal, teori tentang kemaruknya Galaksi kita ini bisa menjelaskan keberadaan bintang-bintang di pojok Galaksi Bima Sakti, berjarak 300.000 tahun cahaya dari Bumi.
Penelitian ini dilakukan oleh Marion Dierickx, mahasiswa S2 di Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics (CfA). Turut serta dalam penelitian ini adalah penasihat kanditat Ph.D Avi Loeb, seorang fisikawan kontemporer yang cukup dikenal oleh kalangan ilmuwan. Keduanya berhasil membuat simulasi interaktif tentang sejarah "hubungan" Galaksi Bima Sakti dengan tetangganya Galaksi Sagitarius, sebuah galaksi mungil berisi bintang-bintang mati yang mengorbit dekat Bima Sakti. Kedua peneliti menemukan bahwa posisi dan kecepatan lima bintang terjauh Bima Sakti sesuai dengan jalur orbit yang ditempuh oleh kedua Galaksi antara satu sama lain selama delapan triliun tahun terakhir.
Kalimat terakhir mungkin bikin anda pusing, tapi intinya sih seperti ini: Galaksi kita diduga kerap mengambil bintang milik Sagitarius setiap kali keduanya dalam posisi berdekatan. Imbasnya, Sagitarius sampai saat ini sudah kehilangan sepertiga bintang pembentuknya. Selain itu hampir 90 persen dark matter Sagitarius sudah digembosi Galaksi Bima Sakti.
Temuan keduanya juga menyimpulkan adanya "aliran" bintang-bintang, yang tersedot masuk ke Bima Sakti dari galaksi di sekitarnya. "Kami yakin ada aliran bintang dari Sagittarius yang banyak muncul di perbatasan antar galaksi." "Aliran ini ibaratnya baru parit kecil dari sungai besar aliran bintang yang seharusnya bisa kita amati di masa mendatang," kata Dierickx melalui keterangan tertulis.
Pergerakan bintang yang tersedot masuk itu berjarak satu juta tahun cahaya dari pusat galaksi Bima Sakti. Lembaga Sloan Digital Sky Survey sudah lebih dulu mengamati fenomena ini. Para ilmuwan berharap teleskop raksasa berteknologi synoptic beroperasi pada 2019 akan membantu mereka mengamati ruang-ruang antar galaksi, yang selama ini belum terjamah mata manusia.
Source: VICE
EmoticonEmoticon
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.