Dahulu Makan Ikan Asin Mentah dan Minum Air Bak Mandi, Pak Rabin Kini Penuh Harapan

Jannet 17.11
pakrabin 3
Penyandang disabilitas Muh Rabin (46) warga dusunKebonombo, Desa Pagersari, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang,dan anak-anaknya diajak berekreasi di pantai Marina Semarang sebagaibagian dari pemulihan mental. Sementara rumahnya tengah direnovasi olehpara relawan, aparat TNI dan warga sekitar.

UNGARAN, KOMPAS.com - Rona muka Muh Rabin (46) berseri-seri melihat kondisi rumahnya yang sudah berubah. Atap rumahnya yang dulu bolong-bolong sehingga sinar matahari bisa masuk ke rumah saat cuaca cerah dan bocor saat hujan kini sudah rapat dengan atap asbes yang baru.

Lantai semen yang sebelumnya rusak, berlubang dan bergelombang sehingga kursi rodanya sulit digerakkan, kini sudah diplester ulang menjadi halus dan rata. Dinding yang kusam, kini sudah bersih dengan warna krem yang baru dan beberapa dinding bata meringis juga sudah diplester halus.

"Sekarang sudah bagus, dulu bocor semua. Terimakasih untuk relawan dan semua warga yang telah membantu," ungkap Rabin yang sulit untuk berkata-kata.

Tidah hanya itu, yang lebih membahagiakan warga Dusun Kebonombo, Desa Pagersari, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang, ini adalah ia kembali berkumpul dengan ketiga anak-anaknya, Syahid (18), Ikhsan (11) dan Fitri (5).

"Sudah tiga tahun saya tidak ketemu anak-anak saya, mereka dibawa ibunya. Hanya anak sulung saya yang beberapa kali ke sini, itupun tidak lama," imbuhnya.

Sejak kedua kakinya lumpuh setelah terjatuh dari lantai dua saat dirinya menjadi tukang bangunan tiga tahun lalu, istrinya, SM (35), pergi lantaran tak kuat menanggung penderitaan hidup.

Sejak saat itu, Rabin hidup sebatang kara sebab ketiga anaknya pun ikut dibawa serta istrinya yang saat ini sudah menikah lagi. Sehari-hari, dia hidup dari belas kasihan para tetangganya. Karena tak lagi bisa bekerja dan merawat rumahnya sendiri, rumah yang ditinggalinya rusak dan tidak layak huni.

"Kurang lebih itu sekitar tiga tahunan, kondisi rumah ya sudah sangat memprihatinkan, boleh dikatakan tidak layak huni. Kumuh dan bercampur dengan ayam. Makanya Alhamdulillah dari bantuan relawan, akhirnya bisa mewujudkan keinginan pak Rabin," ungkap Kades Pagersari Rusdiyono.

Hingga kemudian, seorang netizen mengunggah kondisi Rabin ke media sosial. Istichomah yang juga pekerja sosial di Dinas Sosial itu prihatin lantaran Rabin yang menderita disabilitas karena kecelakan kerja tidak masuk kriteria sebagai penerima bantuan tetap dinas sosial.

"Dari PKH itu mengharuskan penerima adalah disabilitas dari bawaan lahir, sedangkan Pak Rabin itu cuma kakinya dan ibaratnya dari kriteria yang ada dia (seharusnya) masih bisa untuk beraktivitas. Sedangkan kalau dibidik dari keberadaan anaknya, posisinya kan bersama (mantan) istrinya karena sudah bercerai. Jadi dia tidak masuk komponen," ungkap Istichomah.

Sebagai pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) Dinas Sosial, Istichomah lantas mengupayakan cara lain untuk membantu Rabin melalui media sosial. Unggahan foto pak Rabin diatas kursi roda dengan ekpresi wajah yang datar, disertai narasi yang tidak dilebih-lebihkan, membuat para netizen iba.

"Riilnya benar-benar memprihatinkan karena kondisi rumahnya benar-benar sangat tidak layak dan kurangnya kebersihan di rumah. Jadi kita berupaya bersama-sama untuk membuat perubahan, menyadarkan warga untuk bersama-sama bergotong royong," imbuhnya.

Upaya Istichomah ini rupanya mendapatkan tanggapan positif dari para relawan dan netizen di sekitar Ungaran. Hanya dalam waktu dua minggu terkumpul sumbangan sebesar Rp 4 juta dan sejumlah material untuk merenovasi rumah Rabin.

Bermodal sumbangan inilah para relawan yang terdiri dari Grup Ungaran, Paguyuban Ungaran Timur (PUT), Paguyuban Ungaran Barat (PUB), SAR Bumi Serasi (Buser) dan aparat TNI dari kesatuan Koramil 15/Klepu bersama warga sekitar, di penghujung tahun 2016 lalu mereka bergerak bersama merenovasi rumah Rabin.

Tak hanya rumah, mereka juga memperbaiki perabotan yang rusak dan beberapa diganti baru.

Koordinator aksi, Serka Mukhtar anggota Koramil 15/Klepu mengungkapkan bahwa kondisi Rabin memang betul-betul memprihatinkan. Ketika tidak ada yang memberinya makan, maka dia sering berpuasa atau makan seadanya.

"Waktu bersama-sama kita survei kerumahnya, kami melihat sendiri beliau sedang makan ikan asin mentah tanpa nasi. Saya cek ternyata memang kompornya rusak, magic com juga rusak. Jadi dia kalau minum ya air dari bak mandi," kata Mukhtar.

Dia mengapresiasi upaya para netizen yang sejak awal menginisiasi kegiatan ini. Pihaknya berharap setelah direnovasi, rumah Rabin menjadi lebih sehat dan layak huni. Pihaknya juga memberikan paket sembako untuk kebutuhan logistik selama dua bulan ke depan.

Tidak hanya itu, para relawan ini juga berupaya memotivasi Rabin agar tetap mempunyai semangat hidup. Setelah mempunyai semangat hidup, diharapan dia bisa kembali berkarya kendati dengan keterbatasan fisik yang ada.

Saat menunggu proses renovasi rumahnya, Rabin sengaja dievakuasi ke keliling kota dan tempat-tempat wisata di Semarang lalu dipertemukan dengan ketiga anak-anaknya. Dia sangat menikmati kebersaman dengan ketiga anak-anaknya ini, seperti saat melihat mereka bermain-main di Pantai Marina atau bercengkerama saat menikmati makan siang.

Mas Bunt, seorang motivator penyandang disabilitas, diundang untuk mendampingi Rabin dan anak-anaknya selama berkeliling kota Semarang ini.

"Jadi melihat bercermin dari diri saya sendiri saja, bahwa saya juga pernah mengalami seperti beliau. Tapi saya tidak menyerah, jadi mulai belajar untuk merasakan penyakitnya, untuk melawan penyakitnya itu bagaimana. Kalau sudah bisa melawan penyakitnya/ saya akan sembuh," kata Mas Bunt.

Semangat hidup Rabin, menurut Mas Bunt, juga sangat terbantu dengan mengalirnya dukungan dari para relawan dan masyarakat sekitarnya. Diharapkan setelah memiliki kepercayaan diri, ia akan lebih mandiri untuk bisa menghidupi dirinya sendiri dan anak-anaknya.

"Harapannya ya biar pulih untuk ekonominya dulu, jadi bisa menata kehidupan. Pulih ekonomi paling tidak bisa berbagi untuk orang lain juga, bukan hanya menerima tapi nanti ke depannya juga bisa memberi," pungkasnya.

Di tahun 2017, Rabin berjanji akan lebih menata hidupnya dengan berkarya. Bantuan dari para netizen dan relawan yang telah merenovasi rumahnya, serta membantunya mempertemukan dengan anak-anaknya, telah menggugah kesadarannya bahwa keterbatasan fisik seharusnya tidak membuatnya terpuruk.

Terlebih dengan pertemuannya dengan Mas Bunt yang juga kondisinya juga kurang lebih sama dengan dirinya, semakin menyemangatinya untuk menatap masa depan di tahun 2017 ini dengan lebih baik.

"Saya akan mencoba membuat beberapa kerajinan dari kayu atau bambu, mungkin bisa kandang ayam atau sangkar burung. Yang jelas, saya tidak ingin berpangku tangan," pungkasnya.

Penulis: Kontributor Ungaran, Syahrul MunirEditor: Caroline Damanik

Source: Kompas.com

Artikel Terkait

Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.