Sports - Wiwi H Kusdarti, Sang Pionir Mekarnya Sepak Bola Wanita Indonesia

Jannet 00.11
Wiwi H Kusdarti, Sang Pionir Mekarnya Sepak Bola Wanita Indonesia
KOMPAS. com/DENDI RAMDHANI

"Saya lempeng saja, ini bagian risiko yang harus saya lewati," ujarnya dengan penuh keyakinan.

Geliat sepak bola wanita di Indonesia memancing perhatian negara tetangga, seperti Singapura dan Malaysia. Mereka pun berbondong-bondong datang ke Indonesia untuk uji tanding. Wiwi berkisah, pada 13 Maret 1969, Putri Priangan untuk kali pertama bertanding melawan tim Penang Malaysia. Saat itu, Putri Priangan sebagai tuan rumah kandas 0-5.

"Itu menampung anak-anak di bawah usia 14 tahun," katanya.

Kepergian Wiwi pun mengiringi redupnya sepak bola wanita di Tanah Air. Ia kurang hafal sebabnya.

"Wajar, mereka sudah lebih dulu ada dibanding kita," ungkap Wiwi memberi pembelaan.

Redupnya sepak bola wanita

Suatu ketika pada awal tahun 1969, Wiwi yang saat itu berusia 29 tahun mulai tebersit keinginan untuk membentuk sebuah tim sepak bola wanita. Padahal, kala itu ia telah menikah dan memiliki dua anak.

Wiwi mengaku, antusiasme masyarakat pada sepak bola wanita sangat besar saat itu. Sebab, sepak bola wanita sangat tabu dan dianggap melampaui fitrah perempuan. Hingga akhirnya, pro dan kontra pun bermunculan.

Wiwi H Kusdarti, Sang Pionir Mekarnya Sepak Bola Wanita Indonesia
KOMPAS. com/DENDI RAMDHANI Wiwi saat ditemui di kediamannya di Tanimulya, Kabupaten Bandung Barat

"Tesnya di Stadion Siliwangi. Ada 15 orang yang lolos seleksi," ungkapnya.

Pada tahun 1973-1974, Wiwi dihadapkan pada keputusan berat. Ia terpaksa mesti gantung sepatu. Selain usianya yang mulai bertambah, Wiwi harus mengurus dua anaknya dan menemani sang suami, Hartoyo, yang bertugas sebagai administrator perkebunan teh.

"Pendaftarannya di Jalan Aceh (rumah Laila), Jalan Rum (rumah Smith), dan rumah saya di Jalan Dr Susilo. Syaratnya hanya izin orangtua, sehat jasmani dan rohani, masih sendiri atau bersuami tak masalah, enggak ada batasan umur," tutur pengagum berat Pele tersebut.

Perjalanan Wiwi dalam mengembangkan sepak bola wanita memang begitu singkat. Namun, keberaniannya mendobrak sisi tabu menjadi tonggak penting cikal bakal tumbuh kembang sepak bola wanita di Tanah Air.

Setelah melakukan serangkaian pertandingan, pada 9 Agustus 1969, Putri Priangan diundang untuk ikut dalam pertandingan dalam Pesta Sukan (hari jadi negara Singapura).

Mendapat tantangan besar dari Mahdar, nyali Wiwi tak ciut. Melihat tekad dan kegigihan dari Wiwi, Mahdar pun mulai menghubungi para petinggi Persib Bandung untuk mengakomodasi keingin besarnya. Tanpa disangka, rencana Wiwi mendapat respons positif dari petinggi Persib. Setelah membentuk kepanitiaan, pada 5 Februari 1969, tim sepak bola Putri Priangan resmi terbentuk.

"Pak Mahdar mendatangi saya. Dia bilang, 'Apa ibu berani membuat tim bola wanita. Di Indonesia itu berat bikin klub bola wanita. Ibu enggak takut?'" ujar Wiwi mengenang percakapannya dengan Mahdar.

"Itu pertandingan pertama dan penontonnya banyak banget. Saat itu, saya mengisi pos sayap kiri," ucap Wiwi.

Wiwi memang sudah tak asing dengan sepak bola. Ia merupakan anak kelima dari delapan bersaudara milik pasangan suami istri Kadarisman dan Sri Sundari. Kadarisman merupakan salah seorang pesepak bola pada era penjajahan Belanda sebelum Perang Dunia II. Dari delapan saudaranya, hanya Wiwi yang mewarisi ketertarikan dalam mengolah si kulit bulat.

Ada kisah unik sewaktu tim Putri Priangan diundang untuk bertanding di luar negeri. Dia mengaku selalu meminta rekan-rekannya untuk membawa kebaya dan sanggul. Kebaya biasanya dipakai saat tim diundang untuk santap malam bersama pejabat setempat.

Berdasarkan kegelisahan itulah, Wiwi yang saat itu bekerja sebagai pegawai salon Utami di Hotel Savoy Homan nekat mengirimkan tulisan surat pembaca di salah satu surat kabar terkenal di Bandung pada awal Januari 1969.

Ia lantas mengajak rekannya, Nyonya Laila dan Ibu Smith, wanita Bandung berdarah Belanda, untuk membuka pendaftaran di kediaman masing-masing. Tak disangka, jumlah pendaftar membeludak. Para perempuan dari ragam latar belakang turut ambil bagian.

Kini, pada usia senjanya, Wiwi menghabiskan waktu dengan mengurus kafe yang baru berusia dua bulan. Kisah perjalanannya pun terpajang di dinding kafe yang memperlihatkan aneka foto dan prestasinya dalam ranah sepak bola wanita.

Maklum saja, Wiwi kini telah berusia 78 tahun. Namun, di balik tubuhnya yang mulai renta, Wiwi pernah menjadi orang penting di jagat sepak bola Indonesia. Wiwi adalah pionir mekarnya sepak bola wanita di Indonesia dengan mendirikan kesebelasan sepak bola wanita (KSW) Putri Priangan pada tahun 1969.

Tak banyak informasi soal rekam jejak Wiwi dalam perjalanan perkembangan sepak bola wanita di Indonesia. Namun, kumpulan kliping ragam surat kabar dan foto yang masih ia simpan rapi dalam sebuah buka bersampul merah yang telah usang kian menguatkan kiprah pentingnya dalam dunia sepak bola wanita.

Wiwi H Kusdarti, Sang Pionir Mekarnya Sepak Bola Wanita Indonesia
KOMPAS. com/DENDI RAMDHANI Wiwi saat membuka kumpulan catatan sejarahnya yang disimpan dalam sebuah buku

Source: Kompas.com

KOMPAS.com - Langkah kaki Wiwi Hadhi Kusdarti tampak gontai saat menapaki anak tangga yang terbuat dari semen di kediamannya, Kompleks Tanimulya, Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat.

Kafe itu diberi nama Rumah Mace. Mace merupakan nama panggilan Wiwi. Mace adalah akronim dari "Ma" yang berarti oma atau nenek dan "Ce" (bahasa Belanda yang berarti wanita lucu atau imut).

Pendek kata, isinya, ia mengajak perempuan Bandung untuk terlibat dalam sebuah tim sepak bola. Ternyata, pesannya sampai ke telinga para pegiat sepak bola Bandung. Salah satunya adalah Haji Mahdar, pendiri sekolah sepak bola Putra Priangan.

"Dalam waktu singkat, di Surabaya terbentuk, Tegal, Solo, Malang, bahkan ke Ambon juga ada," ujarnya.

Tim Putri Priangan memulai debut pertandingannya pada 18 Maret 1969 melawan Sekolah Tinggi Olahraga (SMOA) di Stadion Siliwangi. Kala itu, Putri Priangan menang 2-1.

"Setelah pensiun, enggak ada penerus, pelan-pelan bubar. Namun, katanya 1980 sempat ada lagi, tetapi mulai pudar. Setelah pensiun, saya mendampingi suami saja," ujar Wiwi.

Namun, ia tak lantas mengakhiri hasratnya untuk mengembangkan sepak bola Indonesia. Setelah meninggalkan Putri Priangan, ia pun mendirikan klub sepak bola usia dini bernama Persatuan Sepak Bola Anak Gawang Bandung (Persagab).

"Kami kalah sama Singapura, juara dua. Kalah ditos (lempar koin), mereka pada nangis pas pulang ke Indonesia," ucap Wiwi seraya tertawa.

Wiwi H Kusdarti, Sang Pionir Mekarnya Sepak Bola Wanita Indonesia
KOMPAS. com/DENDI RAMDHANI Catatan kisah perjalanan Wiwi

Namun, hujatan dan cacian terhadap Putri Priangan malah merangsang munculnya tim sepak bola wanita di sejumlah daerah di Indonesia.

Harum hingga ke negeri tetangga

Sejumlah surat kabar mengecam aksi nekat Wiwi dan srikandi Kota Kembang. Wiwi lantas memperlihatkan sebuah headline surat kabar tentang kecaman terhadap sepak bola wanita.

Melihat banyaknya antusiasme para srikandi Bandung, lanjut Wiwi, ia bersama tim pelatih, yakni Uan Hermawan dan Witarsa, melakukan seleksi terhadap puluhan perempuan.

Salah satunya media nasional, bahkan menuliskan judul "Sepak Bola Wanita Runtuhkan Akhlak".

"Kalau tur, selain bawa baju biasa, kami bawa sanggul dan kebaya untuk menunjukkan identitas. Pemain sepak bola harus cantik, rambut harus terikat, pakai lipstik, cuma tidak usah bedakan, dan pakai wangi-wangian, karena biasanya habis main ibu pejabat suka nyalamin kami. Itu agar tidak menghilangkan fitrah sebagai perempuan," tuturnya.

"Saya sekarang masih berkegiatan, ngurus kebun. Ini hasil dari saya (bergiat) di sepak bola, kebugaran saya sangat terjaga," ujarnya.

"Di luar negeri pada masa itu sepak bola wanita sudah maju, di Indonesia kok tidak ada. Kalau di sini mungkin kurang sopan budaya ketimuran, wanita kok pakai celana pendek," kata Wiwi.

Menuai kecaman

Semburat ceria masih terpancar dari wajah Wiwi saat ditemui Kompas.com, Kamis (12/1/2017). Dengan ramah, Wiwi bersedia untuk kembali membuka penggalan kisahnya di sebuah kafe yang ia rintis bersama anaknya.

Artikel Terkait

Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.