Negara (pemerintah) kita harusnya jangan diam dan perhatikan bagaimana di Belanda melihat masalah ini,” tandas Jeffry. (Bambang Purwanto dan Abdul Wahid dari Universitas Gadjah Mada). “Atas nama siapa sejarawan Indonesia bekerja sama? serta penelitian tentang pernyataan saksi-saksi atau rekan sezaman. yakni penelitian tentang dampak sosial yang berlarut-larut, NIMH dan NIOD dalam agenda penelitan kedelapan dan sembilan, Kerja sama dengan para sejarawan Indonesia juga akan dilakukan KITLV,
Yakni penelitian tentang interaksi kekerasan ekstrem dari sisi Belanda dan Indonesia dengan bekerjasama dengan para sejarawan Indonesia. Agenda penelitian ketujuh berikutnya adalah studi-studi regional.
yakni terkait skala luas kebijakan dan tindakan militer serta yustisi. Keenam adalah penelitian tentang perang asimetris, agenda penelitian komparatif perang dekolonisasi dan counterintersurgency. Kelima,
Yang keempat adalah agenda penelitian tentang konteks politik internasional. Sementara itu agenda penelitian ketiga adalah soal konteks politik pemerintahan.
“Kenapa psikologis tidak diteliti atau diperiksa pula sebelum Jepang menjajah Hindia Belanda yang membuat orang-orang pribumi jadi manusia kelas lima,” ketus Jeffry via surelnya kepada Okezone. Ketiganya akan memetakan akibat-akibat psikologis bagi militer dan penduduk sipil Belanda – pasca Proklamasi RI 17 Agustus 1945 yang belum diakui Belanda. Agenda penelitian soal “Periode Bersiap” ini sedianya lumayan sensitif untuk diungkap.
agenda penelitan “Periode Bersiap” yang terjadi akhir 1945 hingga awal 1946 di Indonesia (Hindia Belanda menurut Belanda). Yang kedua, Poin pertama agenda penelitiannya adalah pembuatan sebuah sintesis atau sebuah studi singkat sekira 300 halaman.
untuk dilakukan dalam tempo yang belum dibeberkan detailnya kapan. Setidaknya ada 9 poin penelitian yang telah disepakati tiga lembaga itu sejak 9 Februari 2017, untuk melakukan penelitian lanjutan. di mana ketiganya juga akan diberikan sokongan finansial, Ketiganya sudah diberikan lampu hijau oleh pemerintah dan parlemen Negeri Kincir Angin,
serta NIOD (Nederlands Instituut voor Oorlogsdocumentatie) atau Institut Dokumentasi Perang Belanda. NIMH (Nederlands Instituut voor Militaire Historie) atau Institut Sejarah Militer Belanda, Land en Volkenkunde) atau Institut Ilmu tentang Asia Tenggara dan Karibia Kerajaan Belanda, Tiga lembaga yang dimaksud (akan melakukan penelitian kembali di Indonesia) adalah KITLV (Koninklijke Instituut voor Taal, Lampiran yang dikirimkan aktivis dan juga Ketua Yayasan Komite Utang Kehormatan Belanda (KUKB) Jeffry M Pondaag via surat elektronik (surel).
Sedikitnya hal ini diketahui penulis dari lampiran surat kesepakatan antara 3 lembaga yang akan melakukan penelitian. Penelitian yang akan membuka lagi berbagai versi sejarah yang terlewatkan pada penelitian sebelumnya di tahun 1969.
akhirnya menghendaki adanya penelitian kembali. Jelas pemerintah Belanda pasang perhatian terhadap buku ini yang belakangan, melainkan struktural. bukan insidental, mengungkap beberapa fakta bahwa kejahatan perang Belanda di Indonesia, Buku ‘De Brandende Kampongs van Generaal Spoor’ atau kalau diterjemahkan: “Kampung-Kampung yang Dibakar Jenderal (Simon) Spoor” itu,
Limpach menuangkan beberapa fakta baru tentang kejahatan perang Belanda di negeri kita. Dalam bukunya, sempat mencuat setelah kemunculan hasil penelitian Rémy Limpach. KEHEBOHAN tentang sejarah kelam di masa perang kemerdekaan Indonesia (Perang Dekolonisasi menurut Belanda) 1945-1950,
Source: Okezone.com
EmoticonEmoticon
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.