™ Morata dalam Bayang-bayang Kutukan Nomor 9 Chelsea

Jannet 08.29
Morata dalam Bayang-bayang Kutukan Nomor 9 Chelsea
Morata resmi berseragam Chelsea. (Foto: Chelsea)

Ada sebuah kutukan yang menaungi Chelsea: Semenjak Jimmy Floyd Hasselbaink pergi, siapapun pemain yang mengenakan nomor 9 pasti nasibnya buruk. Nomor 9 sudah menjadi sebuah hantu tersendiri untuk Chelsea.  Bahkan boleh dinyatakan gagal.

Mateja Kezman yang menjadi bukti pertama. Didatangkan Chelsea dengan status top-skorer Eredivisie, Kezman jelas diharapkan bisa menjadi pengganti Hasselbaink. Harapan meninggi, apalagi ini adalah musim pertama The Blues memulai era sukses bersama Roman Abramovich.

Tapi apa mau dikata, kutukan sudah datang. Alih-alih moncer soal urusan mencetak gol, Kezman justru kepayahan. Di musim pertamanya itu, dia hanya mampu mencetak 7 gol dari 41 penampilan di seluruh kompetisi. Jumlah yang sangat sedikit untuk mantan top-skorer Eredivisie tiga kali. Dia pun hanya bertahan semusim di Stamford Bridge dan kemudian pergi ke Atletico Madrid.

Kezman pergi, Hernan Crespo kembali ke Chelsea. Setelah melewati masa peminjaman yang begitu baik bersama AC Milan, striker Argentina itu kembali mencoba peruntungannya di Inggris. Crespo pun mengambil alih nomor 9 yang baru digantungkan Kezman. Dia pun diharapkan bisa bertaji seperti saat membela Milan.

Namun, nasib berkata lain. Crespo sebenarnya tak seburuk Kezman. Dia berhasil mencetak 13 gol dari jumlah penampilan yang sama. Hanya saja, jumlah itu bukanlah jumlah yang diharapkan dari seorang Crespo. Pasalnya, di musim-musim sebelumnya, dia mampu mencetak jumlah gol lebih dari itu, bahkan dengan jumlah pertandingan yang lebih sedikit.

Gagal bertaji, Crespo hanya bertahan semusim saja di Stamford Bridge. Musim 2006/07 dia dilepas ke Internazionale Milan. Ketika dia kembali ke Italia, keran golnya justru terbuka. Di musim itu, dia mampu mencetak 20 gol dari 40 penampilan. Tapi kutukan belum berhenti di Chelsea.

Di musim berikutnya, nomor sembilan jatuh ke tangan… Khalid Boulahrouz. Ya, Boulahrouz yang seorang bek itu. Dia mendapatkannya usai hanya nomor itu yang lowong di ruang ganti The Blues. Didatangkan karena bisa bermain di banyak posisi di lini belakang, pemain asal Belanda itu pun diharapkan bisa memutus kutukan.

Sempat mendapat pujian dari Jose Mourinho --pelatih Chelsea kala itu-- di awal-awal penampilan, Boulahrouz pada akhirnya bernasib sama seperti dua pemain bernomor punggung sembilan sebelumnya. Dia gagal menunjukkan permainan terbaik dan hanya menjadi penghangat bangku cadangan. Total dia hanya bermain 20 kali dan musim berikutnya dia dipinjamkan ke Sevilla.

Setelah Boulahrouz pergi ke Stuttgart di tahun 2008, pemegang nomor sembilan Chelsea kembali jatuh ke tangan yang "aneh". Dia adalah Steve Sidwell. Didatangkan setelah menjalani musim yang baik bersama Reading, Sidwell datang dengan harapan bisa memperbaiki pamor nomor sembilan di Chelsea. Optimisme tinggi untuk seorang pemain muda kala itu.

Tapi, ambisi Sidwell harus sirna. Alih-alih mengubah pamor, dia malah gagal mendapat tempat di tim utama Chelsea yang kala itu masih dibesut Mourinho. Pemain asal Inggris itu pun hanya mencatatkan 25 penampilan di seluruh kompetisi dan kemudian pada musim berikutnya dipinjamkan ke banyak klub Premier League.

Ketika Sidwell pergi, nomor sembilan Chelsea diambil alih oleh seorang striker lagi. Kali ini yang memilikinya adalah Franco Di Santo. Penyerang muda Argentina yang mencuat bersama Audax Italiano. Di Santo diharapkan bisa menjadi pelipur lara untuk Chelsea lini depan Chelsea setelah Andriy Shevchenko gagal.

Ternyata, pada akhirnya, Di Santo sama saja. Tak punya pengalaman di Eropa membuatnya tak dipercaya masuk tim utama Chelsea. Di musim pertamanya, dia hanya bermain delapan kali, itu pun beberapa di antaranya berstatus sebagai pemain cadangan. Tak pelak, musim depannya dia sudah dipinjamkan ke Blackburn dan kemudian dilepas ke Wigan.

Dua musim nomor semblian tak memiliki pemakai karena Di Santo pergi, awal tahun 2011 datanglah sang pemilik baru. Dia diyakini banyak pihak akan menghapus kutukan ini. Dia kita tahu adalah Fernando Torres. Ya, didatangkan dengan banderol 50 juta poundsterling dan merupakan bomber yang sangat tajam bersama Liverpool, Torres diyakini bakal sukses.

Tapi kita tahu kemudian ceritanya bagaimana. Didatangkan setelah mencetak 81 gol dari 142 penampilan bersama Liverpool, Torres justru kepayahan di Chelsea. Musim pertama dihabiskan dengan mencetak 1 gol saja. Total kemudian Torres hanya mencetak 45 gol dari 172 penampilan. Sebuah jumlah yang sangat sedikit dari seorang penyerang tajam selama tiga setengah musim.

Di musim 2014/15, dia pun dilepas Chelsea ke Atletico Madrid. Torres gagal subur bersama Chelsea dan dia juga gagal menghapus kutukan nomor sembilan. Lagi-lagi, dengan kualitas pemain nomor satu yang mengenakannya, nomor sembilan Chelsea masih menyimpan kutukan yang begitu besar, pun setelah Torres.

Pada musim 2015/16, datanglah striker kelas dunia lain ke Chelsea. Dia Radamel Falcao dan dia memilih mengenakan nomor punggung sembilan. Didatangkan dengan status pinjaman dari AS Monaco, Falcao yang pada musim sebelumnya tampil begitu buruk bersama Manchester United, coba diselamatkan oleh Chelsea.

Namun… kutukan nomor sembilan masih terlalu kuat untuk ditampik Falcao. Alih-alih kariernya selamat, dia justru tampil sama buruknya denga musim sebelumnya. Lebih buruk bahkan. Hanya mencatatkan 12 penampilan di seluruh kompetisi --karena juga didera cedera-- Falcao hanya mencatatkan 12 peampilan dan cuma mampu mencetak satu gol. Setelah itu dia dikembalikan ke Monaco.

Kini, setelah Falcao pergi dan selama semusim nomor sembilan itu lowong, Chelsea akhirnya menemukan pemilik baru. Didatangkan dengan status pemain termahal klub, dia jelas diharapkan tak akan sama dengan nama-nama di atas. Alvaro Morata diharapkan bisa menghapuskan kutukan itu dan mengembalikannya seperti masa Hasselbaink dulu.

Apalagi Morata sendiri sudah mengaku optimistis bisa mencetak banyak gol untuk The Blues. Selain itu, dia juga merupakan sosok striker yang dirasa cocok untuk lini depan tim besutan Antonio Conte. Striker asal Spanyol juga menyebut sudah mempelajari taktik pelatih asal Italia itu agar ia cepat beradaptasi dan nyetel dengan permainan tim.

"Saya tahu gaya bekerjanya, stafnya. Saya tahu ini menggunakan banyak taktik dan saya sangat menyuka gaya bermain tim ini, dan saya tahu bagaimana cara bermain dengan sistemnya. Ini adalah situasi yang sempurna, saya memutuskan untuk bermain di Premier League dan saya ingin bermain di timnya Antonio," kata dia seperti dilansir Soccerway.

"Sekarang saya harus bekerja keras, mencetak gol, Ada pemain bagus di sini dan saya pikir kami bisa melakukan sesuatu yang luar biasa tahun ini." dan bermain bagus untuk tim ini.

"Ketika saya masih kecil, saya melihat Didier Drogba, Shevchenko, Torres dan berpikir mungkin dalam beberapa tahun lagi saya akan mengambil tempat mereka, dan sekarang adalah impian untuk bisa mendapat nomor sembilan di Chelsea. Saya tidak sabar bermain," tambahnya.

Ya, optimistis memang perlu bagi Morata. Tapi melihat deretan nama yang sebelumnya telah menjadi "korban", kewaspadaan juga perlu diembannya. Apalagi ekspektasi datang sangat besar kepadanya. Ya, banyak-banyak berdoa saja, wahai fans Chelsea!


Source: kumparan

Artikel Terkait

EmoticonEmoticon

:)
:(
=(
^_^
:D
=D
=)D
|o|
@@,
;)
:-bd
:-d
:p
:ng

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.