***
dia meyakini pengalaman tak mengenakannya semasa kecil tak akan dialaminya lagi. Kendati demikian, malah pernah dibilang orang gila juga," katanya. Saya pernah didorong sewaktu bermain bola, sampai berkelahi dengan teman. saya pernah di-bully, "Awal tinggal di sini,
karena pernah dianggap sebagai anak yang aneh. dia jarang bergaul dengan tetangga, Di lingkungan tempat tinggalnya, remaja berkacamata itu sesekali menghilangkan kejenuhan di rumah dengan bermain piano. Sambil menunggu masa kuliah yang dimulai pada Agustus 2017 nanti, Izzan menyatakan setelah lulus kuliah nanti ingin menjadi seorang ilmuwan. Sementara itu,
Berbeda sejak lahir
Izzan melihat dunia dengan cara yang luar biasa," katanya. Saya percaya cara Izzan melihat dunia tidak sama dengan kebanyakan orang. dari mulai dia kecil sampai seperti ini. Di buku itu saya tulis semua tentang Izzan, Judulnya 'Melihat Dunia' yang diterbitkan Bentang Pustaka pada Mei 2016. "Kisah Izzan ini juga sudah saya tulis dakan sebuah buku.
dia percaya bahwa anaknya bisa melewatinya. Akan tetapi, Yanti tak memungkiri ada perasaan waswas melepas Izzan memasuki pendidikan formal dan lingkungan sosial yang berbeda umur. tahun ini Izzan pun berhasil lolos masuk ke Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam ITB. Sempat gagal pada 2016,
Anaknya juga keukeuh mau kuliah," katanya. tapi biarlah coba daftar dulu. "Sempat cemas karena Izzan tak pernah sekolah formal, yang kemudian jadi bekal untuk mendaftar ke perguruan tinggi. Ijazah Paket C akhirnya diperoleh Izzan pada 2016, Yanti terus mengupayakannya lewat Komisi Perlindungan Anak Indonesia dan Kementerian Pendidikan. Saking besar keinginan Izzan untuk ikut ujian,
lulusan Teknik Planalogi ITB. Dia terus dimotivasi," kata Yanti, tahun depan harus dicoba ikut ujian lagi. "Saya bilang ke dia, Salah satunya adalah Gunung Gede dan Gunung Rinjani. Waktunya kemudian dihabiskan untuk mendaki beberapa gunung. Yanti dan Mursid mengalihkan kegiatan belajar Izan menjadi aktivitas di luar ruangan. Agar tak frustrasi,
Tempuh pendidikan nonformal
rupanya tak ada satu pun sekolah yang mau menerimanya. ketika Izzan bermaksud mengikuti ujian Paket C atau pendidikan tingkat SMA, Pada 2014, Izzan lulus ujian Paket B atau pendidikan tingkat SMP di Tangerang Selatan. Setahun berikutnya, pada usia 9 tahun Izzan bisa lulus ujian Paket A atau pendidikan tingkat SD. Dididik dengan ketekunan dan bimbingan ibunya,
Sebelum belajar itu wajib main dulu," tuturnya. tapi enggak sekaligus. Dalam sehari itu belajarnya paling dua jam, dia itu biasanya baru mau belajar kalau sudah capek beraktivitas. Jadi, saya hanya mengikuti maunya dia. Ya harus sabar, Izzan tiba-tiba bangun dan minta diajarkan. "Pernah waktu tengah malam, Yanti kemudian menerapkan bimbingan belajar di rumah (homeschooling) kepada Izzan. Sadar bahwa Izzan tertarik pada matematika, tetapi juga menganalisis efek atau reaksi dari percobaan yang dilakukannya. Izzan ternyata bukan sekadar mengoprek barang-barang, Yanti memperhatikan,
beberapa waktu lalu. Kabupaten Bandung Barat, Kecamatan Lembang, Desa Pagerwangi, Ia ditemui di rumahnya di Kampung Tugu Laksana, tapi saya biarkan," kata Yanti. Tingkahnya itu aneh, terus dipukuli. dibanting, tapi kalau benda yang enggak disukai langsung dilemparkan, Banyak peralatan di rumah yang dioprek, diambil pernya. Ballpoint yang ada pernya itu dia bongkar, Izzan suka melakukan hal-hal yang aneh. "Sejak TK,
karena mampu mengerjakan soal matematika yang biasa dikerjakan anak seumuran 15 tahun. Daya tangkap Izzan rupanya sangat cepat, Yanti lantas mencoba mengajarkan pelajaran matematika. Mengetahui Izzan tertarik dengan angka-angka, Izzan langsung bisa menghafalnya tanpa perlu mengulang bacaan. Ternyata, pada umur 6 tahun Izzan diajarkan membaca Iqra. Supaya perilakunya berubah,
Yanti pun menyadari bahwa Izzan merupakan anak yang tak bisa diam. Saat balita, gerak-gerik Izzan mulai menunjukkan keanehan. Semakin besar, Izzan lantas menghabiskan masa bayi dari satu terapi ke terapi lain. Izzan didiagnosis memiliki kelainan pada katup lambungnya yang tak bisa menutup. sekitar 4 minggu setelah dilahirkan, Yanti menceritakan,
Izzan ingin jadi ilmuwan setelah lulus ITB
Apa yang dilakukan kedua orangtuanya mungkin yang dapat dijadikan contoh bagi para orangtua lain yang memiliki anak hiperaktif seperti Izzan. Kakak dan adiknya tidak demikian. Izzan tergolong anak yang hiperaktif. Sejak kecil,
Nadira Nanda (19) bersekolah di perguruan terbaik di Indonesia tersebut. Kedua orangtua dan kakaknya, bersekolah di ITB sudah menjadi tradisi turun temurun. Bagi keluarga Izzan, Izzan adalah anak dari pasangan Mursid Wijanarko (46) dan Yanti Herawati (46).
remaja yang bisa disapa Izzan itu adalah seorang yang hiperaktif. Sejak kecil, remaja berusia 14 tahun yang tahun ini bisa berkuliah di ITB (Institut Teknologi Bandung). Mungkin itulah yang terjadi pada Musa Izzanardi Wijanarko, Yang paling penting adalah bagaimana kita bisa memperbaiki kelemahan serta mengoptimalkan segala kelebihan itu. (PR).- Setiap manusia memiliki kelemahan dan kelebihan. BANDUNG,
Source: Pikiran Rakyat
EmoticonEmoticon
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.