menjulang anggun nan jauh di selatan sana. Puncak Lawu tampak samar, sesenyap tidur abadi gajah purba itu selama bermilenium. bukit Kuwojo kembali disergap kesunyian, Sore itu,
"Saya rela kalau negara menggunakan tanah ini," katanya. Ribuan orang telah menyambangi "sang gajah" sejak ditemukan awal bulan lalu.
sembari menyapu sampah plastik di tegalan yang kini diotopsi para ahli untuk dikuak rahasianya yang terpendam. Wajah Mbah Rusdi tampak semringah,
paleoantropolog terkemuka Indonesia saat ini. entah sengaja karena dicari atau memunculkan dirinya sendiri," tukas peneliti yang menimba ilmu dari Dr Harry Widianto, suatu saat mereka (hominid) akan muncul, "Saya yakin,
Batu bulat berfaset di Banjarejo berbahan batu gamping kersikan yang sangat keras karena kuatnya unsur silika. dan benua Amerika. Eropa, Asia, dan beberapa situs lain di Afrika, Bola batu berfaset ini peralatan buatan tangan yang juga ditemukan di situs Sangiran,
"Ini temuan signifikan terkait alat kerja manusia purba," lanjut pria asal Klaten ini.
menyusul temuan bola batu berfaset di utara Dusun Nganggil dan Ngrunut. Penelitian awal Tim BPSMP Sangiran telah mengendus aktivitas hominid, Keyakinan itu bukan tanpa dasar.
Banjarejo ini mungkin bisa memberi kejutan," kata Wahyu optimistis. di sepanjang cekungan dan alur Bengawan Solo. dan bertahan di sebelah selatan Zona Kendeng, berkembang, hominid hidup, "Selama ini kita hanya tahu,
Mungkin nanti bisa menjawab misteri lingkungan di sisi utara cekungan Solo yang pernah jadi hunian besar homo erectus di masa Plestosen hingga kepunahannya," lanjut Wahyu. "Fakta ini sangat menarik bagi kajian kesejarahan purba.
relatif hanya temuan Hypopotamus (kuda sungai) yang pernah ditemukan utuh fosilnya. Di Sangiran saja,
tidak banyak situs-situs Plestosen yang mampu mengkonservasi peninggalan fosil relatif lengkap. Menurutnya,
Bisa rawa-rawa laut atau tepian sungai. serta lingkungan darat yang dekat dengan air. hutan tertutup rapat dan basah, Banjarejo dulu berupa sabana dan hutan terbuka, untuk wilayah darat, Dari temuan-temuan fosil beraneka ragam famili fauna darat dan air itu,
dan Gavialidae (buaya sungai). anjing hutan), Canidae (serigala, keong), Gastropoda (siput, Bivalvia (kerang), Kemudian famili Charcharhinidae (hiu banteng), Crocodylidae (buaya muara) Lamnidae (hiu putih). kucing), singa, Felidae (harimau, Hippopotamidae (kuda sungai), Rhinocerotidae (badak), Ada famili Cervidae (rusa),
antelop). banteng, Bovidae (kerbau, Ada familia Elephantidae (gajah), ada 600an fragmen fosil terdiri 15 familia/keluarga fauna darat maupun air. Identifikasi awal fosil yang dikumpulkan di rumah Kepala Desa Banjarejo,
wilayah sebaran yang mengandung fosil fauna vertebrata mencapai garis tengah 2,5 kilometer. Hasil penelitian awal,
gading gajah temuan warga Kuwojo itu lenyap setelah berpindah ke tangan pedagang gelap fosil. Sayang,
Lokasi penemuan ada di tegalan datar di puncak kubah bukit Kuwojo. pernah ditemukan gading gajah. Apalagi tak jauh dari tegalan Mbah Rusdi,
yakin gajah purba itu tidak sendirian. Pria yang kerap menyebut istilah "menembus lorong waktu" ketika bercerita tentang zaman purba,
"Biasanya di lapisan ini fosil akan solid karena proses sedimentasi berlangsung lebih tenang dan perlahan," kata arkeolog lulusan UGM ini.
jagat arkeologi sangat beruntung bisa menemukan fosil cukup utuh gajah purba di lapisan tanah lempung hasil endapan rawa pantai. Menurut Wahyu,
atau wilayah transisi antara laut dan daratan," jelas Wahyu. Lokasi sekarang ini rawa-rawa, kalau perkiraan saya Plestosen tengah ketika gajah purba itu mati. "Morfologi Banjarejo yang sekarang tentu sangat jauh berbeda dengan masa Plestosen,
dengan batuan dominan berupa batu lempung. kemudian tererosi dan terendapkan jadi soil, Di sisi selatan desa nyaris denudasional datar terdiri endapan alluvium berumur resen hasil bentukan pelapukan batu asal,
lahan denudasional datar berupa endapan hingga tepi Kali Lusi. Morfologi Banjarejo di sisi utara terdiri perbukitan struktural bergelombang landai,
batu lempung hitam dan konglomerat gampingan. Ciri-ciri utamanya adalah bentukan lapisan batu lempung biru,
dulunya dasar lautan di masa Pliosen hingga Plestosen. Lingkungan Kuwojo dan Banjarharjo menurut penelitian awal tim BPSMP Sangiran,
Ketua Tim Penyelamatan Fosil Gajah Banjarejo. "Tanah lempung ini ciri rawa-rawa." kata Wahyu Widiyanta,
Rahasia besar Banjarejo purba perlahan tersibak. Kini ia muncul menyapa dunia.
tidur nyenyak selama ratusan ribu hingga jutaan tahun. Di lapisan itu pula bersemayam kerangka gajah purba Stegodon, Tanah lempung hijau keputihan itu diyakini berasal dari kala Plestosen tengah.
adalah lapisan tanah berusia 700.000 hingga 1 juta tahun lalu. hanya 1,2 meter di bawah permukaan tanah yang selama ini dipakai bercocok tanam Mbah Rusdi, Siapa menduga,
persis di samping kotak ekskavasi awal yang dibuat warga. menyesap dan membaui tanah lempung di bawah permukaan tegalan, tinggal bermalam, Dua hari dua malam Tribun Jogja secara khusus menyelami bumi Kuwojo,
Namun tak sebanding dengan nilai historisnya. Bisnis ilegal ini mendatangkan fulus luar biasa.
dan dilempar ke pasar gelap perdagangan fosil purbakala. fosil temuan warga diburu pedagang dan pengepul, Sebelumnya, Kegiatan penyelamatan dilakukan sejak tiga tahun terakhir.
Achmad Taufik. memang ada ribuan fragmen fosil berhasil ditemukan dan diselamatkan komunitas pelestari fosil dan Kepala Desa Banjarejo, Faktanya,
Balung tuwo atau tulang tua adalah istilah warga setempat untuk menyebut fosil.
dulu sering sekali orang nemu "balung tuwo" di Banjarejo dan sekitarnya," imbuh bapak lima anak ini. "Yang saya tahu,
pemilik lahan dan orang yang pertama kali menemukan jejak fosil gajah purba pada 7 Juni 2017. "Saya ndak punya firasat apapun," kata Mbah Rusdi (70),
Namun beberapa penggal jalan masuk Banjarejo sedang dibeton. Akses jalan sangat baik dari Purwodadi hingga Kecamatan Gabus.
waktu tempuh lebih kurang 5,5 jam via Solo-Gemolong-Sumberlawang- Toroh-Danyang-Kuwu-Banjarejo. Dari Kota Yogyakarta, lebih kurang 1,5 jam mengunakan sepeda motor. Waktu tempuh dari pusat Purwodadi,
yang berbatasan langsung dengan wilayah Blora dan Ngawi di sisi tenggara. Banjarejo merupakan desa paling timur di Kabupaten Grobogan,
Kabupaten Grobogan. Gabus, Desa Banjarejo, Tegalan itu terletak di teras bukit landai yang di sisi timur berujung di kali kecil di tepi barat Dusun Kuwojo,
Angin sepi-sepoi berhembus dari sela pepohonan jati di sisi utara ladang. YOGYAKARTA - Tegalan milik Mbah Rusdi sore itu terasa sangat sunyi. TRIBUNNEWS.COM,
Setya Krisna Sumarga Laporan Wartawan Tribun Jogja,
Source: Tribunnews.com
EmoticonEmoticon
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.