(TribunJabar.co.id/Ery Chandra) Kota Bandung. Arcamanik, Cisaranten Bina Harapan, Lapas Sukamiskin ada di Jalan A H Nasution No.114,
sel tahanan bernomor TA 01 di Lapas Sukamiskin sengaja dikosongkan untuk mengenang perjuangan Bung Karno. Sejak Indonesia merdeka,
ada poster yang mengisahkan taktik Bung Karno berkomunikasi dengan Inggit Garnasih. Kamis (20/7/2017), di bekas sel tahanan Soekarno di Lapas Sukamiskin, Dari pantauan Tribun Jabar,
kabar buruk yang menimpa rekan-rekan seperjuangan Bung Karno. Biasanya,
Soekarno tahu ada kabar buruk di luar penjara. Jika Inggit Garnasih mengirim telur asin,
Telur itulah yang menjadi alat komunikasi untuk mengabarkan keadaan di luar penjara Sukamiskin.
Inggit Garnasih. Makanan tersebut antara lain berupa telur yang dibawa oleh istrinya,
Bung Karno dibolehkan oleh pihak penjara Hindia Belanda untuk menerima kiriman makanan. Ketika itu,
Bung Karno mempunyai siasat untuk mendapatkan informasi dari luar penjara.
dan Inggit Garnasih. sapaan Soekarno, Tembok penjara ternyata tak mampu mematikan komunikasi di antara Bung Karno,
Bung Karno pernah menjalani hukuman sejak 9 Desember 1930 hingga 31 Desember 1931.
Inggit Garnasih. dan mantan istrinya, Ir Soekarno, Lapas Sukamiskin Bandung menjadi saksi dari kisah perjuangan presiden pertama RI,
Begini perjuangan Inggit Garnasih dan Soekarno lawan kerasnya tembok penjara
jangan melupakan siapa yang memberinya". Awas kus baju ini dari rakyat, bajunya bagus sekali. Kalimat bebahasa sunda yang dilontarkan Ibu Inggit tersebut memiliki arti "Kus (Soekarno),
ulah mapohokeun saha nu merena". Kahade kus ieu baju teh ti rakyat, baju teh meni sae. ia hanya berkata "Kus, Jajang mengatakan saat Ibu Inggit bertemu Soekarno, Berdasarkan catatan sejarah,
Ibu Inggit tidak pernah bertemu dengan Soekarno sampai pada akhirnya pada tahun 1960 Ibu Inggit bertemu lagi. Jajang mengatakan setelah berpisah dengan Soekarno,
Setelah berpisah Ibu Inggit menghabiskan sisa hidupnya di rumah ini," ujar Jajang. namun akhirnya harus berpisah. "Selama 20 tahun Ibu Inggit dan Soekarno hidup bersama,
Jajang perawat sekaligus pemandu wisata di rumah ini mengatakan Ibu Inggit mengabiskan sisa hidupnya dirumah ini. Kamis (20/7/2017), Saat ditemui wartawan Tribun Jabar,
Selain itu terdapat replika batu pipisan yang digunakan Ibu Inggit untuk membuat jamu dan bedak.
Di dalam rumah Ibu Inggit sendiri saat ini dapat ditemukan dokumentasi foto-foto Ibu Inggit bersama Presiden Soekarno serta keluarga Ibu Inggit.
namun telah beralih fungsi menjadi museum rumah bersejarah Inggit Garnasih. rumah Ibu Inggit masih berdiri kokoh, Sampai saat ini,
Ibu Inggit dan Soekarno membeli sebuah rumah di Jalan Ciateul Bandung yang kini dikenal dengan nama Jalan Inggit Garnasih. Setelah menikah,
Soekarno menikahi wanita yang lebih dikenal dengan nama Ibu Inggit ini pada tahun 1923. Akhirnya setelah mendapatkan izin,
H Sanusi untuk menikahi Inggit Ganarsih. Soekarno nekat tetap meminta izin kepada suami Inggit Garnasih, Meski sudah bersuami,
Soekarno menjalin asmara dengan Inggit Garnasih yang merupakan ibu pemilik rumah dimana Soekarno tinggal. Pada saat menjalani studinya di Bandung,
Soekarno tercatat pernah menuntut ilmu di Kota Bandung sekira tahun 1920. Presiden pertama Indonesia,
Kalimat Terakhir
Warung Nasi Bu Eha buka setiap hari Senin sampai hari Sabtu dari pukul 06.00 WIB hingga pukul 16.00 WIB.
Di dinding warung terdapar foto-foto Presiden Soekarno yang menurut Bu Eha adalah pemberian dari keluarga Soekarno di Blitar.
Ada sekira 24 kursi plastik dan empat meja besar di Warung Nasi Bu Eha ini.
karena sistem di warung Bu Eha ini adalah prasmanan. puluhan orang bergantian mengambil makanan sendiri-sendiri di warung Bu Eha, Pantauan TribunJabar.co.id,
dan daging sapi saja sudah sekira Rp 2 juta," ujar Bu Eha sambil tersenyum. ayam, karena untuk beli ikan, "Alhamdulillah sehari bisa dapat sekira Rp 5 juta,
Ibu Eha mengaku sehari ia bisa mendapatkan omset berjuta-juta.
soto dan masih banyak lagi. urap, gepuk, paru, ikan goreng, ayam goreng, perkedel, pepes ayam, Warung Nasi Bu Eha sendiri menjual makanan khas Sunda semisal pepes ikan,
Eha hanya mengatakan berkerja dengan ikhlas dan semata-mata karena Allah. Saat ditanya mengenai rahasia dibalik suksesnya Eha mengelola warung nasi ini,
Eha mengaku masih harus membantu belanja bahan dasar hingga memasak. Meski sudah ada sekira tujuh orang karyawan,
namun hal tersebut tidak mengurangi kepiawaiannya mengelola warung nasinya yang semakin dikenal di Kota Bandung. Saat ini Eha sendiri terlihat sudah begitu tua dan tubuhnya sudah tidak tegak lagi,
selalu memesan pepes ayam dan ikan mas dari warungnya untuk Pak Soekarno. panggilan akrab Inggit Ganarsih, Eha mengatakan Ibu Inggit,
Ibu Inggit bersama mertua saya selalu pesan makanan di warung," ujar Eha. Kalau Pak Soekarno datang ke Bandung, Aisyah adalah temen deketnya Ibu Inggit. "Jadi dulu mertua saya,
Ibu Inggit Ganarsih. Presiden Soekarno sering memesan makanan di warungnya melalui mantan istrinya, Eha juga bercerita sekira tahun 1960,
Eha dan Ibunya kembali merintis warung nasi ini. Saat bertemu Ibunya,
"Saya sempat pisah dengan Ibu selama tiga tahun sampai saya berpikir Ibu sudah meninggal tapi alhamdulillah akhirnya saya bertemu kembali sama Ibu di Bandung," jelas Eha sambil melayani pembeli di warung nasinya.
Pada saat itu Eha dan Ibunya menjabat sebagai Tentara Keamanan Rakyat dan sempat berpisah sekira tiga tahun sampai akhirnya bertemu lagi di Bandung.
membuatnya harus ikut Long March Siliwangi melewati Cirebon menuju Yogyakarta bersama Ibunya. lanjut Eha, Agresi Militer Belanda II,
warung ini sempat tutup karena siapa juga yang mau beli," ujar Eha sambil tertawa. "Karena ada Agresi Militer Belanda,
Eha juga bercerita ibunya sempat menutup warung ini sekira tahun 1948 karena keadaan bangsa ini sedang tidak kondusif.
saya mewarisi seluruh resep masakan dan meneruskan usaha ini," ujar perempuan yang kini telah mempunyai 27 cucu ini. Enok yang mendirikan warung nasi ini pada tahun 1947 dan akhirnya sekira pada tahun 1960, "Jadi awalnya dulu ibu saya,
Eha mengaku warung nasi ini telah dirintis sejak tahun 1947. Sabtu (22/7/2017), Saat ditemui wartawan TribunJabar.co.id di Warung Nasi Bu Eha,
Warung Nasi Bu Eha terletak di Pasar Cihapit yang berlokasi di Jalan Cihapit Bandung.
perempuan berusia 87 tahun yang berhasil mendirikan warung nasi masakan sunda yang sangat populer di Kota Bandung. Adalah Eha,
perempuan ini tetap semangat mengelola bisnis warung nasinya yang sudah puluhan tahun berdiri. BANDUNG - Meski sudah sangat berumur, TRIBUNNEWS.COM,
Rezeqi Hardam Saputro Laporan wartawan Tribun Jabar,
Source: Tribunnews.com
EmoticonEmoticon
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.