Bloomberg: Rapor Presiden Jokowi Terbaik di Asia - Australia selama 2016

Jannet 23.11
Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Selasa (27/12/2016) meresmikan tiga proyek infrastruktur pembangk
Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Selasa (27/12/2016) meresmikan tiga proyek infrastruktur pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) milik PT Pertamina (Persero) senilai 532,07 juta dollar AS atau Rp 6,18 triliun.

JAKARTA, KOMPAS.com - Berdasarkan tiga indikator yakni nilai tukar, pertumbuhan ekonomi, dan penerimaan publik, Bloomberg menempatkan Joko Widodo (Jokowi) sebagai presiden terbaik 2016 di antara delapan negara Asia - Australia.

Menurut Bloomberg, Jokowi terbukti mampu menguatkan nilai tukar sebesar 2,41 persen, menjaga pertumbuhan ekonomi 5,02 persen (tahun ke tahun), serta memiliki tingkat penerimaan publik cukup tinggi 69 persen.

Penilaian tersebut bersumber pada riset Bloomberg dan Saiful Mujani Research and Consulting dari Juli 2015 sampai Oktober 2016.

Bloomberg juga menyebutkan bahwa Jokowi cukup piawai dalam berpolitik, terbukti dapat merangkul dua pertiga kursi di parlemen.

Selain itu, program amnesti pajak juga berhasil diloloskan untuk membiayai program pembangunan infrastruktur.

 

Sementara itu, Presiden Korea Selatan Park Geun-hye disebutkan sebagai presiden terpayah 2016 di antara delapan pemimpin negara versi Bloomberg.

Ketiga indikator penilaian dinilai kurang seperti nilai tukar Won yang turun 2,87 persen, pertumbuhan ekonomi yang hanya mampu mencapai level 2,6 persen, dan tingkat penerimaan publik yang merosot di 4 persen.

Penilaian tersebut bersumber pada riset Bloomberg dan Gallup dari Januari 2016 hingga November 2016.

Adapun Presiden Filipina Rodrigo Duterte memiliki tingkat penerimaan publik tertinggi mencapai 83 persen. Selain itu, pertumbuhan ekonomi Filipina juga tercatat paling tinggi mencapai 7,1 persen.

Sayangnya Duterte tak sepiawai Jokowi dalam menstabilkan nilai tukar. Nilai tukar Peso melorot minus 5,29 persen.

Penilaian tersebut bersumber pada riset Bloomber dan Social Weather Stations dari Januari 2016 hingga September 2016.

Menurut Bloomberg, tantangan terbesar Duterte di 2017 adalah menyeimbangkan hubungan dengan Amerika Serikat dan China, dengan cara menjalin kerja sama ekonomi dan menghadapi tantangan dari bisnis dan elit militer.

Selain Jokowi, Park, dan Duterte, Bloomberg juga menilai performa lima pemimpin negara lainnya di 2016 yaitu Xi Jinping, Shinzo Abe, Narendra Modi, Malcolm Turnbull, serta Najib Razak.

Penulis: Estu SuryowatiEditor: M Fajar Marta

Source: Kompas.com

Artikel Terkait

Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.