Bagaimana cara mengirim dan menerima data dalam jumlah besar di luar angkasa? Seberapa mungkin?
Pertanyaan itu segera terjawab karena seorang peneliti menemukan bahwa gravitasi Matahari mungkin bisa memainkan peranan. Dilansir News Scientist pekan lalu (30/62017), gravitasi Matahari berfungsi menguatkan sinyal satelit antarbintang, tapi tetap membutuhkan teknologi untuk mewujudkannya.
Astrofisikawan independen Michael Hippke memberi contoh. Bumi membutuhkan instrumen seluas 53 km, lebih besar dari kota New York (AS), untuk menerima sinyal Watt tunggal dari satelit bintang Alpha Centauri --sistem bintang terdekat.
Alpha Centauri terletak sekitar 20-30 tahun dari Bumi dan bergerak dengan seperempat kecepatan cahaya. Saat ini Bumi punya pemancar Voyager 1 berkekuatan 22,4 Watt yang terletak di tepi Tata Surya sejak diluncurkan kembali pada 1977.
Sejauh ini, seperti dijelaskan Science Alert (1/7), pemancar itu hanya mampu menyebar 0,1 miliar Watt ke Bumi. Itu pun membutuhkan piring lebar selebar 70 meter sehingga mampu menampung banyak sinyal. Bahkan sebelumnya, satelit itu hanya mampu mengirim data pada kecepatan lambat 160 bit per detik.
Dalam studinya, Hippke memperkirakan Matahari bisa menjawab kebutuhan teleskop raksasa. Teleskop relatif kecil hanya perlu diletakkan di sekitar 90 miliar km dari Matahari guna mengoptimalkan efek lensa gravitasi untuk memperbesar sinyal.
Hippke sudah menjelaskan itu dalam tesis pertamanya soal ini. Teleskop Bumi memungkinkan komunikasi dengan satelit Proxima pada tingkat data rendah.
"Saya bisa mengirim beberapa gambar selama berbulan-bulan, tapi hanya itu. Kemudian dalam tesis kedua, saya mencari tahu bagaimana meningkatkan basis datanya. Matahari memainkan perannya di sini, gravitasinya akan membengkokkan cahaya dan teleskop bisa difokuskan menangkap sinyal foton. Dengan begitu kita bisa mengirim atau menerima data pada tingkat lebih tinggi," ujar Hippke kepada Digital Trends.
Einstein mengatakan bahwa efek lensa gravitasi membungkuk dan memusatkan cahaya ke titik saat melewati tepi benda besar seperti Matahari.
Efek ini pernah diprediksi ilmuwan Albert Einstein saat menganalisisnya pertama kali pada 1919.
Peningkatan sinyal semacam itu penting bagi pembangunan receiver untuk misi ke ruang antarbintang, Tanpa itu, kita perlu membangun teleskop raksasa di Bumi dan mengirim sinyal satelit ke ruang antarbintang yang cukup besar agar tersedia sumber daya yang sangat besar.
Dengan efek lensing gravitasi, hanya dibutuhkan sedikit tenaga bagi transmisi data untuk mengirim balik ke Tata Surya kita. "Di sekitar bintang terdekat, laser pointer genggam bisa melakukannya," kata Hippke.
Kecepatan data yang cukup tinggi memungkinkan pengiriman gambar dan video, termasuk pengaliran (streaming). Meski demikian perhitungan saat ini menunjukkan waktu empat tahun untuk menerima aliran data dari satelit Alpha Centauri.
Proposal terbaru untuk mengirim satelit ke Alpha Centauri adalah terobosan yang luar biasa. Ide ini pertama kali dicetuskan miliuner Rusia, Yuri Milner, dan fisikawan Stephen Hawking yang ingin mengirim armada kecil pesawat luar angka ke Alpha Centauri dengan dana sebesar USD100 juta atau sekitar Rp 1,3 miliar.
Slava Turyshev, seorang fisikawan dari NASA's Jet Propulsion Laboratory, mendukung usulan ilmuwan Jerman di atas. Ide Hippke dinilai cukup menantang dan tidak mustahil dilakukan meski itu tak mudah.
Turyshev mengatakan bahwa pesawat luar angkasa tak perlu total berhenti untuk menangkap sinyal dari jarak hingga 300 miliar km dari Matahari. Katapel di sekitar Matahari bisa saja memangkas jarak hingga 90 miliar km dalam kurun 25-30 tahun.
Hippke mengakui bahwa ini ide yang ambisius, tapi manusia sudah berhasil membangun teleskop raksasa luar angkasa. "(Ide) ini jauh lebih mudah dibanding membangun teleskop luar angkasa Hubble," tambah Hippke dikutip MNN (1/7).
Source: Beritagar.id
EmoticonEmoticon
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.